Ibu itu sudah mencuri perhatianku sejak rapat dimulai. Seorang ibu muda cantik, berkulit putih dan berhidung bangir. Dandanannya yang fashionable, membuatku betah memandangnya. Aku sebagai wali kelas XII IPA 5 hampir mengenal seluruh orang tua murid yang hadir di ruangan ini. Tapi tidak dengan ibu itu. Sepertinya aku baru melihatnya.

Aku panggil satu persatu nama siswa yang tertera di daftar absen pengambilan raport yang aku pegang. Orang tua yang nama anaknya kupanggil segera menghampiriku mejaku di depan. Mereka terlihat sangat serius dan antusias ketika kusampaikan sikap dan perilaku putra putrinya selama satu semester. Terdengar nada kecewa jika yang kusampaikan kurang begitu baik. Sebaliknya, kebahagian terpancar jelas dari wajah mereka jika hal baik yang kusampaikan. Tak lupa aku informasikan juga tentang nilai dan prestasi yang mereka raih di semester gasal ini. Satu demi satu orang tua yang sudah aku panggil, meninggalkan ruangan rapat. Kulihat, hanya tersisa satu orang. Si ibu cantik. “Oh, dia mamahnya Tomi,” gumamku.

Kupanggil nama Tomi Fernando. Si ibu cantik yang sedang asyik maen gadget pun segera menghampiri mejaku. Kupersilakan dia duduk. Sambil tersenyum dia mengulurkan tangannya. Kusambut tangannya yang lembut. Kusampaikan tentang perilaku dan kedisiplinan putranya yang kurang baik. Sering kesiangan dan tidak mengerjakan tugas. Si ibu hanya tersenyum. Kusampaikan pula, jika beberapa nilai Tomi masih ada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Si ibu membalas penjelasanku dengan tersenyum. Kuperlihatkan jurus pamungkas, yaitu catatan keuangan atas nama putranya dari bendahara sekolah. Di situ tertulis tunggakan SPP sejumlah dua juta rupiah. Lagi-lagi si ibu hanya tersenyum. Aku sampai sedikit gemes dibuatnya. Tetapi sebelum aku berbicara lagi, dia berkata, “Maaf, saya bukan ibunya. Mamahnya Tomi bekerja di rumah saya!”

***RN***

Tantangan Hari ke-6

#TantanganGurusiana