“Maafkan aku, sudah menyakitimu,” ucapnya dengan suara lirih. Aku yang duduk di hadapannya hanya bisa terdiam membisu. Kutahan mataku agar tak berkedip. Aku tak mau air keramat itu meleleh!

Kejam nian dirimu. Apa yang kurang dariku. Kuserahkan segalanya hanya untukmu. Kesetiaan. Ah, akulah juaranya. Kesabaran, aku jagonya. Tak semua orang bisa bertahan sepertiku. Menikah tapi tak serumah. Tapi tak apa, karena aku mencintaimu. Tak apa, walau harus LDR.

Kini, kau memintaku melepaskanmu. Kutanya alasannya. Dirimu hanya membisu. “Apa kau tak bahagia hidup denganku?” tanyaku. “Aku sangat bahagia menikah denganmu,” jawabmu, walau sedikit ragu. “Lalu mengapa, kau lebih memilihnya?” tanyaku sedikit emosi. “Dia selalu ada untukku.” Jawabanmu terdengar seperti bunyi petir di siang hari. Suara yang dengan mudah menumbangkan pertahanan air keramatku. Ternyata semua kesetiaan yang kupunya, kesabaran yang kuberikan, dan rasa cintaku yang dalam, tak cukup membuatku memenangkan LDR ini! Ah, aku kalah telak oleh lelaki yang selalu ada untukmu itu.

***RN***

Tantangan hari ke-5

#TantanganGurusiana