Nina Nursuhaniah

Mother, teacher, books lover, moviegoer, and traveller wanna be.... ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Marina Menari

Marina Menari

Kupencet nomer Hp yang ada di secarik kertas itu. Bunyi “tut, tut, tut, langsung terdengar nyaring ketika kupencet tombol speaker. Kutunggu beberapa saat, berharap agar segera diangkat. Namun aku harus kecewa. Segera kupencet tombol merah gambar telp tersebut, setelah terdengar bunyi suara “telp yang anda tuju sedang tidak aktif.” Ah, rindu sekali mendengar suaranya. Biasanya rinduku sedikit terobati dengan suara manjanya lewat telp. Kemanakah dia? Sangat sibukkah hingga lupa menelponku? Hmmm, aku semakin dibuatnya kangen ketika melihat gambarnya di televisi.

Aku jadi teringat peristiwa dua tahun lalu. Kala itu, dia meminta ijin kepadaku untuk pergi ke Jakarta. Katanya, mau ikut audisi lomba nari. Memang, dia sangat menyukai menari. Gerakannya ketika menari sangat memikat. Bakat menarinya sudah terlihat sejak duduk di bangku SD. Tak heran jika dia berhasil menjuarai beberapa lomba menari di tingkat kabupaten dan provinsi. Menurutnya, menari bisa mengobati luka hati. Dengan menari dia bisa melampiaskan segala beban yang ada di pikirannya. Dia pun minta dimasukkan ke sanggar ketika SMP. Tapi apalah dayaku yang hanya seorang single parent. Aku tak mampu memenuhi permintaannya. Penghasilanku sebagai buruh hanya cukup untuk makan sehari-hari. Maka ketika dia meminta ijin setelah lulus SMA untuk mengikuti audisi menari di Jakarta, aku hanya bisa mengangguk dan menghujaninya dengan air mata juga doa. Hanya itu yang bisa kuberikan.

Kini, putri semata wayangku sudah menjelma menjadi seorang penari terkenal. Bahkan dia pun kini menjadi aktris. Sering kulihat dia di layar kaca, beradu acting dengan aktris kesukaanku. Aku begitu bangga kepadanya. Kehidupanku pun semakin membaik berkat transferannya setiap bulan. Aku yang dulu buruh pabrik, kini bisa membuka toko sembako untuk menyambung hidup. Dia pun selalu memastikan keadaanku baik-baik saja. Hampir setiap hari dia menelpku, kecuali lima hari terakhir ini. Dering telp-nya tak lagi hadir mengobati rinduku. Ada apa gerangan? Aku makin khawatir dibuatnya ketika telpnya tersambung tapi tak kunjung diangkat.

“Ada apa sih ibu menelpku segala. Mengganggu saja. Aku kan lagi sibuk!” Gumamku dengan nada riang. Kupencet tombol decline agar dering telpnya segera putus. Kulanjutkan pekerjaanku yang tadi tertunda. Wah, ternyata packing baju itu menguras energi juga. Apalagi dua koper. Aku sampai keringatan dibuatnya. Kualihkan pandanganku. Kupandangi foto itu dengan penuh cinta. Kuambil sembari kuusap wajahnya. Tak terasa air mata mulai membasahi pipiku. “Bu, tunggu Marina datang di hari ulang tahun Ibu, besok ya!”

***RN***

Tantangan Hari ke-4

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post